Sepertinya barulah kali ini saya mendatangi sebuah museum yang khusus membahas arkeologi. Di Bali, tempat terakhir yang saya duga menyimpan permata-permata arkeologi Nusantara. Maksud saya, Bali sudah terkenal dengan pura dan budaya dan alam dan segala macamnya, apakah mungkin di sini ada harta karun lain berupa peninggalan masa lalu yang ceritanya ada banyak banget itu?
Ternyata memanglah demikian. Bali dianugerahi satu poin lagi yang bisa sangat mendongkrak: arkeologinya yang kaya. Oleh karena itu, Balai Perlindungan Cagar Budaya (BPCB) Bali, NTB, dan NTT, merasa perlu untuk mengenalkan arkeologi lebih jauh pada masyarakat (Bali pada khususnya), dengan mendirikan sebuah museum yang khusus soal arkeologi Bali.

Didirikanlah Museum Gedong Arca, atau nama kerennya, Museum Arkeologi Bali.
Berlokasi di Jl. Raya Pejeng, beberapa ratus meter sebelum Pura Penataran Sasih Pejeng yang terkenal dengan nekara Bulan Pejengnya itu, museum ini sendiri adalah sebuah bekas lahan penggalian arkeologi, terbukti dengan ditemukannya beberapa arca beserta lapik dan lingga yoni. Menurut Bli Ketut, pegawai museum sekaligus pemandu, daerah Gianyar memang merupakan pusat sejarah Bali pra-Majapahit, yang termashyur dengan Bedahulu, Bitera, Pejeng, Tampaksiring, dan daerah-daerah sekitarnya.
Namun koleksi museum ini tidak melulu berasal dari daerah Gianyar. Semua kabupaten di Bali turut menyumbangkan peninggalan arkeologisnya, atau berupa replika dari tinggalan arkeologi itu, karena umumnya, artefak arkeologi seperti arca dan benda lain masih digunakan sebagai benda yang sangat disucikan di berbagai pura di Bali.

Koleksi masterpiece museum ini adalah sarkofagus dengan berbagai bentuk dan corak, sesuai dengan dari zaman batu sebelah mana sarkofagus itu berasal, dan di daerah mana benda-benda ini ditemukan.
Dalam postingan ini, berhubung judulnya hanya “postcards”, saya belum akan membahas bagaimana perjalanan saya di sana (yang tak kalah mistis dan magisnya), selain itu juga karena saya belum riset. Sekarang saya cuma akan menjelaskan bagaimana laporan pandangan mata singkat terkait museum ini.

Museum Arkeologi Bali dibangun menurut tata pembangunan sebuah pura yang umum ada di pulau ini. Bagian terluar adalah jaba sisi, tempat wantilan, kantor, dan pos satpam. Wantilannya biasanya digunakan ketika ada kunjungan dari sekolah-sekolah, atau kunjungan rombongan, sebagai tempat bercengkrama. Dipakai juga ketika ada acara museum, seperti pertunjukan seni, atau pameran topeng Nusantara yang baru-baru ini berlangsung.
Melangkah ke bagian selanjutnya, yang dalam sebuah pura biasanya adalah bagian jaba tengah, adalah Gedung A, B, J, K, dan balai arca kecil. Gedung A dan B menyimpan tinggalan masa prasejarah berupa kapak-kapak dari zaman batu, Gedung J menyimpan peninggalan berupa keramik dan piring-piring Tiongkok hasil perdagangan samudra Bali dan bangsa asing, sementara Gedung K menyimpan peninggalan zaman perunggu, beserta pecahan prasasti dari Pura Gunung Kawi yang ditulis dengan aksara Kediri Kuadrat (entah kenapa saya paling ingat soal satu ini).

Yang unik, di jaba tengah museum ini ada sebuah balai arca, yang menyimpan kenong-kenong batu, serta beberapa replika arca dari pura-pura sekitar yang dari ceritanya, fantastis. Salah satu di antaranya adalah replika arca Gunapriya Dharmapatni alias Mahendradatta dalam bentuk Durga Mahisasuramardhini (Durga penakluk siluman kerbau), yang aslinya masih ada di Pura Bukit Dharma (Candi Kutri), beberapa kilometer sebelum museum ini kalau dari arah Gianyar.

Saya tak kaget melihat Mahendradatta dilambangkan sebagai Durga dalam bentuknya yang ini, mengingat bagaimana sepak terjangnya membuat Jawa dan Bali, dan Sriwijaya juga, sebetulnya, “bersatu” melalui sebuah perkawinan dengan intrik yang kaya.
Bagian selanjutnya dikondisikan sebagai jaba jero atau jeroan, yang biasanya dalam sebuah pura adalah bagian dengan tingkat kesucian tertinggi. Di bagian ini terdapat balai C, D, E, F, G, H, dan I, kesemuanya menampilkan sarkofagus berbagai bentuk dan gaya pembuatan dari berbagai daerah di Bali. Sebuah kolam dengan empat patung dewi mencurahkan air ada di tengah-tengah, ketika saya datang kolam itu menjadi penadah hujan.

Sebenarnya museum berakhir sampai di sini. Tapi di bagian atas sana, lebih atas lagi, ada sebuah gedung, bagian rumah tangga museum dan perpustakaan ada di sana. Di sebelahnya ada sebuah monumen dan pura kecil, tempat arca-arca suci ditempatkan. Saya berkesempatan menengok sedikit arca-arca itu, dan sebetulnya ceritanya sangat mengejutkan. Minimal membuat suhu udara turun beberapa derajat.
Penasaran? Silakan datang ke Museum Gedong Arca. Tiket masuknya gratis! Malah akan dapat pemandu pribadi yang siap bercerita dan diskusi soal arca-arca yang ada di sini. Bersama, kita akan menguak sejarah arkeologi Bali yang kaya akan cerita-cerita yang bahkan lebih mirip cerita fantasi, tapi buktinya ada.
Yuk, main ke museum!
Museum Gedong Arca (Museum Arkeologi Bali)
UPT Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali,
Balai Pelestarian Cagar Budaya Wilayah VIII,
Jl. Raya Dr. Ir. Soekarno, Pejeng, Tampaksiring, Gianyar, Bali
Patung paling atas menarik bagi saya. Kreatif nih pemahatnya 🙂
Orang Bali sudah dari dulu master-nya dalam seni patung ini.
Iya Mas, apalagi daerah Gianyar, mereka terkenal dengan detil patungnya yang sangat mengagumkan, bahkan ada yang bilang lebih bagus dari aslinya :)).
Sebenarnya saya suka cerita tentang arkeologi. Yg paling sering saya baca sih kebanyakan sejarah agama kristen dan peninggalan2nya.
Ingin juga membaca buku sejarah2 dan benda2 arkeologi agama hindu dan buddha tapi kok susah amat dapat bukunya.
Mas gara punya gak buku tentang sejarah dan arkeologi hindu yang bagus? Ntar tinggal hunting bukunya. Klo nggak punya referwnsi ntar takut isinya nggak sesuai harapan he he he…
Arkeologi Kristiani juga menarik Mas, cuma kita kebanyakan mesti ke luar negeri untuk menyambangi situsnya, saya belum kuat, mahal :haha.
Kalau sejarah Hindu di nusantara dan asia tenggara secara umum, saya merekomendasikan bukunga George Coedes Mas, judulnya Asia Tenggara Masa Hindu Buddha, baru rilis di toko buku jadi saya pikir pasti masih bisa dicari :)).
eh bener Gar…, dulu waktu mau ke Bali aku juga googling cari obyek sejarah, dapatnya memang pura semua..
ternyata ada museum arkeologi ini ya.., thanks .. aku belum ke Gianyar sih
mudahan kl ke Bali lagi museum ini akan jadi list tujuan utama
Iya Mbak, kadang agak bingung juga kalau ke pura soalnya lebih dikhususkan sebagai tempat ibadah jadi eksplorasinya tidak bebas :hehe. Kalau museum kan sudah dikhususkan sebagai tempat eksplorasi jadi di sini mau melihat apa saja ya boleh :hihi.
Gara, andaikan gw bisa jalan bareng ama lu keliling Bali deh. Hueheheheeee. Gw kemaren dong dateng ke sebuah pura dan gak bisa dapet cerita seni kayak yang gw baca sangat menarik di blog ini. Beneran deh. Wish that we can have a trip together. Gw nglihatnya bland datar tanpa ada cerita apapun.
Ngomong-ngomong kemarin ke pura mana, Mas? Di daerah mana?
Iya Mas, mudah-mudahan kita bisa punya kesempatan buat ngetrip bareng ya :hihi.
Aku terpesona pada Gunapriyadharmapatni, Ibundanya Airlangga itu. Ia berdiri di atas hewan apa sih, Gara? Maknanya pasti dalam ya. Oh ya karena Pura adalah pusat semesta Masyarakat Bali, mengapa Museum Arkeologi Bali ini juga dibangun menurut tata pembangunan sebuah pura ya?
Kerbau Mbak, itu siluman kerbau yang ditaklukannya :hehe.
Menurut pemandunya, museum ini juga ingin melestarikan tata bangunan adati di Bali Mbak, jadi dibangunnya pun memiripkan diri sebagai sebuah pura :)).
Terima kasih atas penjelasannya, Gar 🙂
Sama-sama, Mbak :)).
Postingan postcard ini apa ya Gar? Semacam weekly photo challengenya wordpress apa gimana? Hehehe, beneran gak tau. Saya blogwalking ke beberapa blog ketemu postingan serupa yang tentang postcard-postcard gini…
Bukan Mbak, ini bukan challenge WordPress… jadi kadang beberapa teman blogger ketika jalan ke suatu tempat tapi belum sempat menuliskan cerita detilnya, menulis postingan postcards ini dulu :hehe. Saya hanya ikut-ikutan saja :hihi, karena cerita detailnya memang menyusul :hehe.
Oooo..semacam teaser atau pengantar gitu ya?
Besokbesok bikin juga ah 😀 soalnya udah jalan kemana gitu, giliran mau nulis kok males..gak nulis ntar keburu basi ceritanya wkwkwk.
Hehehe,makasih penjelasannya ya Gar. Dari kapan emang udah bingung sama si postcards ini. Akhirnya sekarang tau deh 🙂
Iya Mbak, kira-kira begitu :)).
Terima kasih kembali!
Wah.. postingan nya bagus, perlu di kunjungi..
Iyah, museum ini memang bagus banget. Terima kasih sudah mampir!
Gar, kenapa ada stupa kecil di Bali? ini bikin kepo deh hehehe. Sebagian besar koleksi di sana asli atau ada yang replika? Senang kalau suatu daerah dipercaya menyimpan benda bersejarah yang asli, bukan malah dikumpulkan di Museum Nasional yang kadang malah diabaikan oleh pengunjung bukan disanjung akibat salah peletakan. 🙂
Nanti saya jelasin di postingan lengkapnya Mas, soal Hindu dan Buddha ini :haha.
Ada yang asli, ada yang replika. Arca Durga itu replika, soalnya yang asli jadi arca suci di sebuah pura. Demikian pula Arca Pucak Penulisan dan Bulan Pejeng, aslinya jadi arca suci di puranya masing-masing. Ah, kalau saja arca Museum Nasional itu ada di Bali, entah berapa pura yang ada di sini… :haha.
Aksara Kediri Kuadrat itu turunan dari aksara Jawa ya? Saya ngeliatnya kaya aksara Kawi gitu.
Iya, memang benar aksara Jawa, cuma cara penulisannya saja yang unik :)).
jaman saya masih SD, sering kita diajak ke museum. dan beberapa tahun setelahnya, museum di kotaku entah kemana. sepertinya sudah dialihfungsikan
Mungkin pengunjung yang datang ke sana terlalu sedikit dan lahannya ingin digunakan untuk bangunan lain ya Mbak :hehe.
Hai Gara, salam kenal 🙂
Selalu menyenangkan kalo ke museum dan bisa dapet info ini itu ya, drpd baca buku sejarah kan lebih asyik dengerin cerita hihihihi. Semoga bisa ke sini kalo pas k Bali..
Salam kenal Mbak :)).
Iya, lebih membekas kalau datang langsung, sembari dengar ceritanya, bisa lihat langsung artefaknya. Puas Mbak pokoknya :hehe.
Terima kasih sudah mampir!
Belum pernah ke sini Gar. Jd ada bagi2 postcard gak *dikeplak*
Di-print saja fotonya terus jadiin kartu pos Mas :haha *digampar balik*.
Ya udah… kirimin kertas foto dan printernya dong buat cetak.
Gak ada Mas… printer saya hitam putih :haha.
ya udah… sana beli dulu… 🙂
Aku percaya kalau ketika pemandu museum menjelaskan, kak gara sudah paham. Maklum sama sama ahli sejarah juga. Atau jangan2 kak gara jadi pemandu wisatanya? Hahahaha..
Waduh, terima kasih atas pujiannya Mas. Tantangannya kemarin karena pemandunya menjelaskan dengan bahasa Bali sih :haha. Tapi lumayan seru kok :)). Terima kasih sudah mampir!
baru tau mas, stupa kecil itu namanya stupika.. hihihi lucu banget ya kedengarannya
Iya Mas, saya juga ingatnya Pikachu :haha.
Bali.. Surganya karya arkeologi Indonesia. Hehehe. Sayang banget deh waktu main kesini gak sempet ke museumnya. Yuk kesini lagi :p
Iya memang surga banget! Dengan sarkofagus Gilimanuk, budaya gerabahnya yang unik, itu memang membuat kaum arkeolog pasti doyan banget kalau ada di sini :hehe. Ah, itu tandanya dirimu harus ke Bali lagi :hehe. Yuk yuk!
Kamu bisa ingat istilah-istilah panjang kayak: Gunapriyadharmapatni, dkk, jangan-jangan km punya ingatan mnemonic, Gar. Sy kalo baca yang panjang satu kata aja kesusahan 😛
Kurang tahu juga ya Mas, ingatan semacam apa sih itu :haha. Kalau ingin latihan ingatan itu, menghapal nama-nama raja Jawa Timur bisa jadi latihan yang keren lho Umami :hehe.
Did you call me Mas, you just called me Mas 😀
Saya takut kalo suruh hapalan, kayak mesti mengerahkan segala energi, terutama dulu pas hafalan pidato bhs asing. hah.
Ah iya kelupaan :haha, mohon maaf :hehe.
Sama, hafalan juga merupakan sesuatu yang sangat saya benci! Huh. Mending hitung-hitungan deh… eh tapi kalau hafalan rumus kan hafalan juga ya Umami? :haha.
rumus itu kayak seni gar, jadi mudah diingat daripada kata-kata 😀 *ngeles
Diiyain aja deh :)),
Tempat yang asyik sekaligus nyesek itu ya museum sih bang. bali sedikit beruntung, koleksi museum arkeologinya bisa selengkap ini. aceh?? boro2 museum berisi, situs aja di kubur idup2 😀
Padahal arkeologi Aceh tak kalah kaya Mas… sebagai daerah yang terpapar langsung dengan jalur perdagangan yang sangat termashyur itu. Ah, mudah-mudahan ada situs yang masih bisa dipelajari di sana :)).
Hei, Aceh terkenal dengan emas, kan?
naaaah itu.. tahun 2013 ditemukan harta karun berupa koin emas di kota banda aceh, dan bang gara tahu? akhirnya masyarakat menjualnya ke pasar. bukan ke pemerintah 😀
Oh, sayang sekali… pemerintahnya ke mana, Mas?
Dan koin emas, di Aceh, hm… Swarnadwipa.
lain waktu akan kita bahas kalau bang Gara ke aceh lagi 😀
kayanya kalo ke Bali bareng Gara pasti deh jalan-jalannya bakal anti mainstream. ayo kita ke Bali bareng
Yuk Mas, saya menantikan ajakan ke Bali barengnya :hehe. Ah, belum tentu juga jalan bareng saya bakal anti-mainstream :hihi, tapi kalau ke candi sih iyes banget :haha.
Aku baruaja berniat nulis tentang perjalanan ke Bali bulan Mei lalu (Kelamaan ya? haha) ini malah ada tempat menarik lagi di Bali… bikin melirik miris ke rekening nih.. T-T
btw, museum, any kind of it, always fascinates me… rasanya kayak lebih banyak tahu diri sendiri dengan mempelajari sejarah-sejarah disekitar kita.
*masukin bucket list*
Ah, ini artinya Mbak mesti ke Bali lagi untuk menyaksikannya sendiri :)).
Menurut saya sejarah sangat penting, karena kita adalah hasil dari apa yang terjadi di masa lalu, ketika sejarah terabaikan maka itu membuat kita tak kenal diri sendiri :)),
haha.. iya setuju.. harus segera ke Bali lagi ni.. 🙂
Mudah-mudahan bisa ke Bali lagi secepatnya ya :amin.
Aaamiiiiiin…
Gara buat cerita dong tentang Gunapriyadharmapatni, kalau kamu yang bercerita pasti keren dech. Penasaran sama tokoh yang satu ini.
Terima kasih atas kepercayaannya ya Mbak. Saya juga sedang menggodok ide soal Mahendradatta nih, habisnya dia wanita yang kuat banget :)).
saya belum pernah ke museum kyk gini. kyknya seru kali ya…
Memang seru banget Bang! Tak rugilah jalan-jalan ke sana, gratis pula, terus banyak ilmu pula yang didapat :hehe. Ayo main ke sana, Bang!
Wih Bali.. asik kali ya kuliah di Bali:))
Memang asyik banget Mbak :hihi.
Berarti nanti kalau ada kesempatan maen ke Bali lagi, mampir ke Museum ini hihihi, jangan tau nya pantai dong ya 🙂
Menurut saya demikian Mbak :hehe. Sayang banget kalau ke Bali sering tapi hanya ke pantai dan ke pantai :hehe. Bali menyimpan harta karun yang lebih dari sekadar pantai :)).
Uhuy, bahasamu kereeeen Gara hehehe. Dan Bali akan selalu memberikan pesona indah bagi pengunjungnya hihihi 🙂
Terima kasih, Mbak. Setuju! Bali akan selalu memberi kenangan tak terlupakan :)).